Kamis, 06 November 2008

Tim Kuat Obama

Amerika Serikat kini menatap ke depan. Berbagai persoalan besar siap menghadang. Beban pelik dihadapi presiden terpilih Barack Obama setelah menjadi pemenang dalam pemilu 4 November. Rival Obama, Senator John McCain dari Partai Republik, mengakui kemenangan Obama dan mengajak semua pihak untuk bersama-sama menghadapi masalah besar yang membentang.

Krisis finansial yang terburuk sejak depresi besar tahun 1929 membutuhkan sebuah penanganan serius dari Obama. Demikian pula dengan keberadaan 150.000 tentara AS di Irak dan Afganistan. Sebuah upaya superberat, tetapi harus dijalankan sesuai pesan dalam kampanye.

Beban pelik, tetapi dengan kearifan serta tim kerja yang cerdas dan kompak, bisa dihadapi dengan lebih ringan. Jauh hari sebelum dipastikan terpilih sebagai presiden ke-44 AS, Obama dilaporkan punya sejumlah nama yang diprediksi bakal menjadi tim yang akan bolak-balik bersamanya dalam rapat di Ruang Oval, Gedung Putih, membahas langkah-langkah terobosan atas berbagai rintangan.

Sejumlah nama dibeber dalam sejumlah kesempatan, seperti diskusi di televisi, analisis media cetak, dan obrolan di internet. Menarik untuk mencermati orang-orang yang kemungkinan besar menjadi pilihan utama Obama. Ada sejumlah nama, meski tenar, di antaranya tetap saja wajah-wajah lama. Bahkan, sejumlah analis memprediksi Obama tidak segan akan menggunakan jasa beberapa simpatisan Republik. Kondisi ini menimbulkan sebuah sindiran bernada ironi bagi Obama, mengaku agen perubahan, tetapi masih saja menggunakan ”mesin” lama atau orang ”luar”.

Pada 1996 saat dia bertarung menjadi senator Illinois, Obama memiliki pandangan sangat liberal, salah satunya mendukung keras aborsi. Namun, sebagaimana dikatakan Matt Bennet, Wakil Asisten Bill Clinton saat masih menjadi Presiden AS, Obama kini sudah jauh lebih dewasa.

”Dia pada waktu dulu adalah aktivis komunitas di Chicago yang masih butuh aktualisasi diri sehingga pantas diidentifikasi sebagai seorang Demokrat yang liberal. Namun, seiring bertambahnya umur, idealisme-idealismenya telah digantikan sejumlah hal yang pragmatis. Dia tertarik untuk mengubah hidup masyarakat. Saya sepakat menyebutnya sebagai Demokrat yang moderat saat ini,” kata Bennett, seperti dikutip harian Daily Telegraph.

Salah satu staf senior di Gedung Putih yang juga pengarang buku terkenal perihal transisi presidensial AS, What Do We Know, Stephen Hess, menyatakan, Obama mempunyai banyak pilihan tokoh untuk mendampinginya. Namun, justru karena banyaknya pilihan itu, ia harus benar-benar dapat memilih orang-orang yang percaya diri dan telah menampakkan kesetiaan terhadap dirinya.

”Dalam level sekelas kepresidenan, mungkin saja yang terpilih adalah mereka-mereka yang paling berjasa mengantarkan Anda ke kursi kepresidenan. Satu-satunya presiden AS yang paling bebas menentukan pilihan dan memperoleh nama-nama yang betul-betul sesuai dengan keinginannya adalah Dwight Eisenhower,” kata Hess.

Menteri Luar Negeri


Di posisi menteri luar negeri, Obama butuh sosok yang dapat memulihkan citra AS di luar negeri serta mendapatkan dukungan lebih, terutama dari negara-negara di Eropa, untuk menekan kawasan seperti Afganistan dan mungkin Irak.

Calon presiden AS dari Demokrat pada pemilu 2004, John Kerry, dilaporkan menginginkan jabatan itu. Pemahaman dan pengalamannya yang kaya tentang luar negeri, termasuk kemampuan berbahasa Perancis yang prima, adalah keunggulan Kerry.

Namun, Obama juga sangat mungkin memilih Gubernur New Mexico Bill Richardson, Duta Besar AS di PBB pada masa pemerintahan Presiden Clinton. Atau pengganti Richardson di PBB, Richard Holbrooke. Kemungkinan Richardson terpilih relatif besar mengingat dirinya termasuk salah satu tokoh yang bekerja sangat keras bagi Obama selama masa kampanye.

Sejumlah analis menyinggung kemungkinan dipilih untuk menambah tingkat kepercayaan diri Obama yang miskin pengalaman di Gedung Putih, nama Hillary Clinton tiba-tiba muncul di permukaan. Dia benar-benar orang baru sehingga cocok sebagai pengejawantahan janji Obama sebagai agen perubahan. Jika Hillary benar-benar terpilih, Hillary berpeluang besar mewujudkan idenya tentang kesehatan dunia di Senat AS.

Di posisi menteri pertahanan, Obama membutuhkan orang yang mampu mengatur penarikan mundur pasukan AS dari Irak secara prima, tetapi juga siap menambah kekuatan perang AS di Afghanistan. Nama mantan Menhan AS Colin Powell adalah nama paling disebut-sebut untuk mengisi posisi itu. Dukungannya yang secara tiba-tiba kepada Obama pada pekan-pekan akhir menjelang pemilu 2008, dengan menyebut Obama sebagai presiden transformasional AS, seakan-akan merupakan sinyal bahwa ia menginginkan kembali posisi itu.

Serangan ke Irak


Namun, pemilihan Powell tetap saja menimbulkan nada ironis, terutama mengingat Powell adalah salah satu penggagas serangan ke Irak meskipun saat itu kabarnya Powell secara pribadi menentang hal tersebut. Nama lain yang disebut adalah tokoh yang tidak kalah kontroversial, yakni seorang senator dari Partai Republik, Chuck Hagel. Hagel dikedepankan untuk mewakili pendapat Obama suatu kali bahwa pilihannya mungkin saja menembus batas-batas pilihan politik seseorang.

Pilihan yang tak kalah penting bagi Obama adalah dalam posisi menteri keuangan yang bertugas menangani uang talangan (bail-out) di Wall Street senilai 700 miliar dollar AS dan harus melakukan privatisasi bank-bank di AS. Sekali lagi, pejabat pada era Clinton menjadi salah satu favorit untuk mengisi jabatan itu. Dia adalah Lawrence Summers.

Namun, Obama juga sangat mungkin memilih Paul Volcker, Gubernur Bank Sentral AS pada era Presiden Charter dan Reagan. Meski telah berusia lanjut, 81 tahun, pengalamannya sangat dibutuhkan untuk saat-saat ini. Apalagi, ia selama ini terkenal menjadi rujukan Obama dalam urusan keuangan negara.

”Jika Obama memilih orang- orang seperti Summers dan Volcker, orang yang tidak memilih dia sebagai Presiden AS pun tetap teryakinkan. Kedua orang itu adalah jaminan mutu,” kata Michael Barone, seorang analis konservatif di AS.

Para analis di AS menyatakan, pemilu presiden AS bukan semata-mata memilih figur pemimpin AS untuk masa mendatang. Namun, menjadi sangat krusial juga menantikan figur-figur lain yang akan mendampingi sang presiden karena pada diri merekalah ide-ide sekaligus kerja keras bagi kemaslahatan warga AS diciptakan dan diejawantahkan. Jadi, sungguh menarik ditunggu apa yang akan dibuat Obama.(Benny Dwi Koestanto)

Tidak ada komentar: