Senin, 22 Juni 2009

Ubah Format Debat Capres

Jakarta, Kompas - Komisi Pemilihan Umum didesak mengubah format debat calon presiden dan calon wakil presiden menjadi lebih bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat. Selasa (23/6) malam ini, rencananya KPU menggelar debat calon wakil presiden untuk putaran pertama.

Tema debat calon wakil presiden kali ini adalah ”Pembangunan Jati Diri Bangsa”. Moderator debat itu adalah Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Komaruddin Hidayat.

Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti, Senin (22/6) di Jakarta, menuturkan, KPU harus mengubah format debat calon presiden-cawapres dengan memberikan kesempatan yang luas kepada tiga pasangan calon untuk saling mengonfirmasi, menegasi, membuka info baru, atau memberikan wacana perbedaan. Selain itu, dalam debat diharapkan adanya eksplorasi atas kemungkinan atau kebenaran visi, misi, dan program calon.

”Sebuah debat itu justru membenturkan ide dengan ide lain. Tujuannya untuk mengungkapkan kebenaran di antara ide yang berlainan itu. Seharusnya para capres yang lebih banyak bertindak di forum debat. Moderator cukup menjadi pemancing isu untuk kemudian membiarkan calon membincangkan isu itu dari sudut pandang masing-masing,” ungkap Ray.

Di Kantor KPU, Jakarta, Senin, anggota KPU, Endang Sulastri, dan Komaruddin bertemu dengan tim kampanye ketiga pasangan capres-cawapres. Sesuai Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 dalam penjelasan Pasal 39 Ayat (3), format debat dan moderator harus mendapat persetujuan dari pasangan calon peserta debat.

Endang mengemukakan, dalam debat cawapres akan ada perubahan, misalnya tentang penyampaian visi-misi diubah menjadi tujuh menit untuk setiap calon. Sebelumnya, dalam debat capres lalu, penyampaian visi misi selama 10 menit untuk satu calon, dan hal itu dinilai terlalu lama. Waktu yang ada dapat dimanfaatkan untuk pertanyaan kepada calon.

”Selain itu, dalam segmen pertanyaan yang ditujukan kepada setiap kandidat, bila selesai dijawab, akan dilanjutkan dengan pertanyaan lain sehingga tidak terpenggal-penggal. Pertanyaan tergantung moderator karena mereka yang membuatnya,” kata Endang.

Endang menambahkan, debat capres sebelumnya sudah bagus karena berlangsung dengan kesantunan. ”Kalau memang calon tidak mau menentang satu sama lain, kita mau bagaimana? Sekarang bukan zamannya lagi debat untuk saling bertentangan,” tandasnya.

Wakil Deputi Operasional Pemenangan Kampanye Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono- Boediono, Milton Pakpahan, menyatakan, dalam debat capres tidak bisa ada ”debat kusir” karena semua calon harus menjaga adat ketimuran. ”Kita ini satu keluarga. Kalau di level tim kampanye tidak apa-apa saling mendebat, tetapi kalau ketiga kandidat, tak bisa,” ujarnya.

Juru Bicara pasangan M Jusuf Kalla-Wiranto, Indra J Piliang, mengatakan, debat capres dan cawapres adalah debat negarawan, bukan debat level manajer yang mengambil keputusan teknis. Dalam debat capres sebelumnya tak terlihat presiden sebagai kepala negara, tetapi lebih terlihat sebagai kepala pemerintahan.

”Penampilan para capres seperti manajer saja,” kata Indra. Misalnya, masalah tenaga kerja Indonesia bisa dijawab tim yang mewakili capres. (sie)

Sumber : kompas.com

Tidak ada komentar: