Jumat, 24 Oktober 2008

Kalau SBY Nggak Jadi Capres, Menanglah Mega...

Tak kunjung usainya kesepakatan fraksi-fraksi di DPR terkait angka persentase dukungan syarat pengajuan capres/cawapres pasti bukan tanpa kepentingan. Setidaknya, ada 3 partai yang punya kepentingan besar, yaitu Partai Golkar, Partai Demokrat dan PDIP. Meskipun, penentu akhir mengenai angka persentase juga berada di tangan PKS, selain Golkar dan PDIP.

Kepentingan terbesar, terkait dengan hasrat untuk mengusung capres dan menakar peluang memenangkan pertarungan. Peneliti Senior Centre for Electoral Reform Refly Harun menyampaikan kalkulasi politik ketiga partai tersebut, terkait tarik ulur angka persentase yang dipertahankannya.Golkar dan PDIP, terakhir bertahan dengan angka dukungan tertinggi yaitu 25 persen. Menurut Refly, bergerak atau tidaknya kedua partai dari angka tersebut, masih saling wait and see.

"Saya kira yang wait and see Golkar, karena dia yang paling ngotot. Sederhananya, berdasar survei, calon dari Golkar tidak populer. Maka kemudian, kalau persentasenya tinggi, dua partai besar Golkar dan PDIP punya capres. Kalau PDIP sebenarnya tidak berkepentingan apa-apa, karena bagi dia memajukan Megawati adalah sesuatu yang marketable karena masih populer. Karena itu, PDIP turun (dari 25 persen) saja nggak apa-apa," kata Refly usai mengisi diskusi tentang RUU Pilpres di Jakarta, Jumat (24/10).

Awalnya, PDIP mengajukan angka 15 persen tapi naik menjadi 30 persen dan akhirnya satu suara dengan Golkar di angka 25 persen. Dalam pandangan Refly, naiknya angka PDIP ini juga didasari kepentingan. "Kepentingan dia (PDIP) begini, supaya SBY nggak jadi (capres). Kalau SBY nggak jadi capres, menanglah Mega karena berdasar survei saingan Mega itu hanya SBY," ujar dia.

Bagaimana dengan kepentingan Golkar dengan angka 25 persennya? Menurut Refly, kepentingan Golkar jika memenangkan Pemilu maka kemungkinan bisa menggadang Jusuf Kalla sebagai capres. Akan tetapi, kata dia, hingga saat ini JK belum secara eksplisit menunjukkan keinginannya untuk berlaga dalam bursa capres 2009. "Mungkin dia tahu tidak populer. Tapi pasti akan ada desakan dari dalam, masa menang Pemilu tapi tidak menjadi capres? Yang paling aman bagi JK, kalau jadi capres dia face to face dengan Megawati. Kalau face to face, meskipun tidak populer dia bisa menang. Karena akan ada konsolidasi suara dengan yang lain," Refly memaparkan.

Sedangkan Partai Demokrat, menurut dia, pasti akan setuju dengan angka 20 persen dan kemungkinan akan merapat ke partai menengah. Dalam kalkulasi Demokrat, 20 persen suara bukanlah hal yang sulit untuk diraih. Apalagi, calon yang diusungnya adalah incumbent."Pasti banyak yang mau merapat ke SBY karena dia populer. Tapi bahaya bagi Demokrat kalau dua partai besar (PDIP dan Golkar) main trickie. Triknya, dengan 'membeli' semua partai yang ada, sehingga tidak ada lagi suara bagi SBY. Prediksi saya, kalau pilihannya antara 15-25 persen, Demokrat pasti akan memilih 15 persen," kata Refly.


Inggried Dwi Wedhaswary

Tidak ada komentar: