Senin, 04 Januari 2010

Gus Dur dan Indahnya keberagaman


oleh : Randhika Virgayana, SH
pemerhati sosial, peneliti pada Golden Institute


Innalilahi Wa Inna Ilaihi Ro'jiun.. pada tanggal 30 Desember 2009 yang lalu KH. Abdurrahman Wahid atau yg biasa kita sapa Gus Dur telah pergi mendahului kita semua. selang sehari setelahnya pemakaman beliau dilakukan di kota kelahiran beliau di Jombang. Perhatian hampir sebagian besar masyarakat Indonesia tercurahkan pada berita2 mengenai beliau. Pemakaman bahkan dipimpin langsung oleh Presiden. Seluruh jajarannyanya pun hadir. Saat pemakaman terlihat begitu besar anomi masyarakat untuk menyaksikan baik melalui televisi, bahkan banyak yg datang langsung ke Jombang. Ribuan orang datang silih berganti setelahnya untuk melantunkan do'a kepada Almarhum.
Setelah kepergian beliau terlihat bahwa seorang Gus Dur adalah seorang tokoh yang sangat besar. Bahkan mungkin Tokoh besar terakhir yg akhirnya pergi meninggalkan kita. Saya yakin sedikit tokoh di era setelah gus Dur yang kepergiannya akan ditangisi banyak orang seperti itu. Bahkan masyarakat dari agama2 lain yang bukan Islam turut mendoakan beliau. Berbagai tokoh lintas agama datang ke pemakaman beliau. Negara2 tetangga pun mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya.Gus Dur juga secara pribadi adalah tokoh yang dikagumi penulis. Semenjak penulis membaca buku-buku tentang beliau, pandangan penulis atas sikap-sikap "nyeleneh" beliau berubah. Penulis bisa lebih memahami apa yang ada dalam pikiran beliau.
Pertanyaannya : kenapa kepergian seorang Gus Dur ditangisi banyak pihak?
karena Gus dur adalah seorang tokoh lintas agama yang tidak MENGAJARI kita, tetapi MEMBERI TAULADAN kepada kita mengenai toleransi antar umat beragama. Masih teringat jelas dalam ingatan kita jasa beliau yang mungkin paling terkenal dalam urusan toleransi antar umat beragama yaitu dengan menjadikan tahun baru China sebagai hari libur. Selain itu banyak hal-hal lain yang akhirnya membuat beliau disegani, bukan hanya oleh kalangan Muslim saja, tetapi oleh hampir semua agama. Satu hal pelajaran yang harus kita petik dari Gus Dur adalah bahwa beliau tidak pernah menghakimi, karena menghakimi itu urusan Allah. Penulis teringat sebuah wawancara dengan Dorce gamalama di sebuah stasiun televisi swasta pada waktu Gus Dur meninggal. Pada kesempatan itu Dorce bercerita bahwa saat ia memutuskan untuk mengganti jenis kelamin menjadi seorang perempuan dan dihujat banyak pihak ia mendatangai Gus Dur. Dan Gus Dur hanya berkata kalo itu sudah keputusan dia, jalani saja. Disini kita bisa melihat betapa besar hati seorang Gus dur untuk tidak menghakimi Dorce seperti yang sebagian kita lakukan. Karena betul, yang patut menghakimi itu hanya Allah SWT.
Dalam era keterbukaan seperti sekarang mungkin penulis bisa katakan bahwa kalau tidak ada Gus Dur yang menjaga setelah reformasi, mungkin negara ini sudah menjadi negara Islam. Sesuatu yang menurut penulis bertentangan dengan cita-cita pendiri bangsa ini. Sesuatu yang bertentangan dengan nilai2 luhur Pancasila. Maka sejatinya kita yang sekarang sebagai insan- insan yang masih bisa bernafas di negara ini bisa turut menjaga keutuhan nilai2 Pancasila tersebut. Penulis yakin masih banyak Gus Dur-Gus Dur kecil di luar sana. Tetapi seorang KH Abdurrahman Wahid hanya satu dan tak akan tergantikan.
Selamat Jalan Gus....

3 komentar:

Anonim mengatakan...

gusdur tuh hebad nya krn dia tuh ngambil kaum minoritas juga, walo selengan gt gaya nya tp oke juga dia dengan kaum minoritas, dan yang pasti wkt jaman gusdur lumayan banyak libur nya kan, biar NU tp dia menghargai perbedaan, malah kata gw dia suka sama perbedaan, salut deh.....

selamat jalan buat tokoh nasional dan pluralisme indonesia....

btw dpt penghargaan pahlawan bangsa dr SBY ye?

#Fadjroel2014 mengatakan...

artikel ini sangat membantu untuk memahami gus dur dari sisi sikap pluralisme yg diteladaninya

Unknown mengatakan...

gus dur dimata saya adalah Guru yang tidak hanya mengajar..., tapi memberi contoh dan mempraktekkannya...., bukan cuma retorika tapi membuktikan secara nyata.....